Sunday, September 22, 2013

“Reading A million BooKS” ProGam



“Reading A million BooKS”
ProGam







“Berhenti menghujat gelap, nyalakan lilin”


            Belantara dunia begitu kompleks, rumit, dan butuh banyak pengetahuan untuk tetap kompetitif dalam menapakinya. Dunia begitu indah, adzan berkumandang, Al-Qur’an dikaji dan diucap, gemerlap lampu-lampu taman, hotel-hotel berbintang, gedung-gedung pencakar langit, kendaraan mewah lalu-lalang, merajalela industri fashion di Eropa, keindahan Raja ampat, China dan India yang tumbuh pesat, dentuman musik tanpa henti, atau mobilisasi uang di tangan para borjuis. Dunia juga begitu buruk, si miskin mengeluh, si kaya kekurangan, negara rusak, rakyat membabi buta, anak jalanan mengais recehan, negosiator tendensius zionis, jalanan di gang-gang Red Light Belanda, free sex ala Hongkong, kasino-kasino judi di Singapore, HIV/aids di Afrika, eksploitasi buruh oleh Nike, atau Mafia berkedok kiai. Entahlah, apa sebenarnya tema dunia ini. Tukang becak bilang, temanya pemerintah menekan rakyat miskin. Sri Mulyani bilang, temanya pembangunan ekonomi ala liberalis. Professor ekonomi China bilang, temanya The Rising Dragon. Dokter bilang, temanya perang melawan penyakit. Guru bilang, temanya belajar tiada akhir. Ustadz bilang, kiamat dan surga serta neraka adalah juga tema. 

Kilas wajah pendidikan
Whatever, yang jelas setiap diri kita memiliki konsep, asumsi, persepsi, pandangan, nilai, belief, juga meme yang menjangkit. Terkadang kita memang terkesan terjebak kedalam alam pikiran sendiri. Memandang wajah dunia tak semisal membalik telapak tangan. Jika diibaratkan, barangkali seperti permainan puzzle anak-anak TK yang labil. Yang ketika kita pasang satu per satu potongan-potongannya, pada akhirnya akan membentuk sebuah penampakan yang beragam. Bisa jadi muncul bunga, ayam, kelinci, menara, bintang atau gambar mobil. Sebab itu cobalah untuk melihat sesuatu yang invisible dari yang visible, meski tak sederhana. Bagaimana caranya?,  salah satu caranya adalah dengan membaca sebanyak mungkin buku. Ini seperti hanyalah cara konvensional bagi beberapa orang. Toh belajar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Banyak jalan menuju Roma, ya menuju Jakarta juga banyak wong jalan juga nyambung kemana saja. Tapi setidaknya, bumi dunia ini masih terasa cukup aman untuk ditinggali juga karena buku itulah saya kira. Sehingga kita tidak harus pindah ke Bulan, Mars, Pluto, atau ke Jupiter dengan tornadonya, bahkan dunia antah berantah. Karena membaca sejatinya mencegah dari kebrutalan.


Sehingga jasa buku sangatlah besar, terlebih penulisnya, sang pencatat dilalah. Sebuah kutipan terkenal telah tercatat dalam buku, yang oleh banyak orang dinisbahkan kepada salah satu the fouding fathers kita, M. Hatta. Demikian, “Aku rela dipenjara asalkan dengan buku, karena dengan buku aku bebas”. Bebas, seperti kata itulah indonesia hari ini yang enyah dari dari imperialisme dan kolonialisme penjajah. Itu menjadi bukti, bahwa siapa saja yang mengharapkan kebebasan dari belenggu keterpurukan maka harus berhubungan dengan buku. Membaca dunia, pun jendela akhirat, mengarungi ilmu, lewat kata-kata, rangkaian huruf, goresan tinta. Amanat dari pesan ini adalah bahwa kita harus menanamkan kebiasaan membaca buku dalam hati dalam-dalam. Sebab “bisa” karena “biasa”. Progam ini, “Membaca Sejuta Buku” adalah progam yang dimaksudkan untuk membangun diri kita masing-masing. Bahwa didalam menjalani hidup yang sesaat, selama hidup minimal setiap individu dengan kesadaranya sendiri membaca “minimal sejuta buku”. Marilah kita menjadikanya sebagai sebuah gerakan sosial yang masiv dampaknya bagi kesejahteraan. Yang perlu ditekan disini ialah kegiatan ini dilaksanakan dengan benar-benar “berangkat dari hati”, dan bukan “dengan keterpaksaan”.


Seperti yang telah kita akui bersama hal tindakan yang muncul dari segumpal daging qolbu tersebut selalulah kebajikan, apapun itu. Tidaklah air suci mengalir kecuali dari sumber yang suci pula. Artinya jika tanpa disertai kesadaran dan keikhlasan untuk mencari ridho Allah Swt. maka tentu itu bukanlah makhsud dan tujuan progam ini dibentuk.  Kenapa harus membaca sejuta buku?, alasanya sederhana. Dari buku, banyak ibu-ibu super yang berhasil mendidik anaknya menggapai cita. Dari buku, para guru telah menghasilkan jutaan pemimpin negeri dan menteri-menterinya yang berderet. Dari buku, ketinggian ilmu agama disuguhkan oleh para kiyai sebagai pedoman bagi umat islam. Dari buku, perdamain tercipta, para dermawan berzakat, pelajar mencari ilmu, hukum Alloh ditegakkan, kejujuran dipupuk, kebenaran jadi peneguh. Dan dari buku, saya pun anda masih rela mengabdikan diri bagi terwujudnya kemenangan bagi kebajikan disaat kepentingan ekonomi dan politik serta cinta membutakan sebagian besar saudara kita.


Bayangkan, jika setiap orang berinteraksi dengan kesadaran akan mulianya menjadi berilmu. Berapa banyak kemiskinan yang mampu kita entaskan. Berapa banyak orang tua yang tidak harus membangung pola broken home sampai pada akhirnya meramaikan pengadilan agama dengan perceraian. Berapa banyak anak-anak yang menganggap lumrah para wanita malam berjalan bersama pria-pria hidung belang di daerah industri prostitusi alias esek-esek 24 jam dengan hotpants-nya tanpa masa depan cerah sedang mereka butuh pendidikan bisa dicegah. Berapa banyak konflik sosial yang terhindarkan jika semua orang sepaham membela kebaikan dan kesejahteraan tertinggi. Berapa banyak korupsi, pengedar narkotika, perampok atau penggunjing diacara infotaiment televisi yang akan tersadar dan terdidik. Berapa banyak wanita terhormat yang bisa diselamatkan dari gantung diri setelah MBA, aborsi, dan menghisap morfin.


Ya, memang buku pun akan akan besar berdampak mempengaruhi otak dan pikiran kita sebagai manusia. Bahkan anda akan terklasifikasikan sebagai para peniru mindset leftside, rightside, radikal, moderat, atau konservatif pun, itu saya kira juga sangat tergantung dari buku apa yang anda baca. Tapi terlepas dari itu semua, bahwa tujuan kami para pemuda bangsa ini adalah menyuarakan ide, ide bagi bangsa ini, ide perubahan. Kami orang-orang yang suka bicara kebaikan percaya takkan kalah dengan para munafik negeri ini. “Individually we change ourself, together we change the world”. Tidak peduli anda tua, paruh baya, atau pemuda yang masih lugu-lugunya berpikir tentang pacaran dengan cinta monyetnya, bahkan masa depan warna-warni yang dirasa sulit dibangun. Saya sebagai saudara muda, secara pribadi dan komunal mengajak anda bergabung dalam gerakan ini, gerakan bagi islam, gerakan bagi diri sendiri, dan gerakan bagi Indonesia yang lebih bermartabat. 
USA embassy library


Mari kita jadikan gerakan ini sebagai konstitusi sosial yang tidak tertulis yang akan sangat berperan membangun pola pikir serta budaya baca berkelas eksekutif. Karena pendidikan milik siapa saja. Tanpa terkecuali anak-anak jalanan, pengemis, perampok, PSK, penjudi, mafia, atau para atheis sekalipun. Meskipun bukan kementrian pendidikan negara yang menghimbau, bukan pula keluar dari mulut seorang yang sempurna, bukan tentu sepenuhnya akan berhasil menciptakan kesejahteraan terbaik. Namun, apakah kita hanya akan diam dan terus-menerus diam menjadi penonton kekacauan negeri ini sedangkan sekarat telah menunggu ditikungan jalan bangsa ini. Apa yang kalian bimbangkan?, menghargai keraguan memang kadang diperlukan. Tapi kita lebih butuh ketegasan. Kami generasi muda memohon, tak peduli anda di level begining, intermediate, atau advance  dalam perkara demikian. Suarakanlah pesan ini pada setiap anggota bangsa, warga negara Indonesia khususnya, dan masyarakat Islam di seluruh dunia untuk terus belajar tanpa henti, “Membaca Sejuta Buku”, membaca sejuta ilmu.


Berjibun orang berusaha lulus dari sekolah mati-matian hanya untuk pada akhirnya berhenti total mengkaji ilmu secara takzim. Alangkah indahnya pembicaraan dan wacana yang akan bergaung dipetak-petak kehidupan, dan bukan debat kusir, bukan percekcokan, bukan kedengkian hasad, bukan kenaifan, bukan kelinglungan, bukan hujatan, bukan pula keluhan, yang ada hanyalah kesejatian al-furqon yang dimenangkan. Kitalah yang harus menanamkan biji beserta humusnya didalam dada para anak-anak. Karena kita wajib memahami, melihat anak-anak adalah persis seperti melihat masa depan. Meskipun mungkin kita tidak akan melihat buahnya, atau bahkan berbuah atau tidak pun.


Alkisah seorang tua di suatu negeri sedang menanam tanaman yang jika diperkirakan buahnya akan dapat diambil seratus tahun lagi. Lantas, lewatlah rombongan petinggi kerajaan lengkap beserta awak pengawal keraton. Di simpang jalan itu raja pun berhenti dan menghampiri si kakek lalu mengajukan beberapa pertanyaan. “Wahai pak tua, kenapa gerangan engkau menanam tanaman yang tidak mungkin dapat engkau nikmati manfaatnya?, bahkan sebelum daunya lebat pun umurmu pun barangkali tak sampai cukup melihatnya”, ucap sang Agung dengan luhur. Lalu si kakek menjawab, “Wahai yang mulia, bukankah pendahulu kita dulu juga telah menanam sehingga kita menikmati manfaatnya hari ini”. “Benarlah engkau wahai petinggi adab, menciptakan sebab yang baik merupakan kebajikan”, sahut sang raja meneguhkan. Kadang aku berpikir, siapa yang lebih berhak dicontoh lebih daripada Rasululloh?. Sedang kita sebenarnya adalah para peniru, kita adalah para peniru, diakui atau tidak kita para peniru.


Sehingga untuk menjadi manusia-manusia terbaik diantara kita sekarang sangat tergantung dari tingkat keahlian meniru kita dan tentunya siapa yang kita tiru. Apakah musisi, boyband, ilmuan, pejabat, guru, pemain bola, aktor, bisnismen, ustad, jendral, atau rasul Alloh dengan penjagaan-Nya yang terbaik. Mari gantungkan setingi-tinginya harap dan doa, semoga kebajikan takkan kalah dari kemungkaran. Dekatkan diri, rekatkan hati, rapatkan barisan, bersatu padu menghadirkan kebenaran. Sebagaimana para rasul dan nabi, para tabi’in, khulafaurrasidin, Bukhori, Muslim, Anas bin Malik, Al-Ghazali, Abdul Qadir Jaelani, serta mukminin para kekasih Alloh. Kita bukan para pemuda yang cukup hanya dengan Dompet Dhuafa, Indonesia Mengajar besutan Anis Baswedan, Sahabat Anak cetusan para mahasiswa, Kick Andy dengan inpirasinya, Black Innovation, Young On Top, Ayo Peduli, atau kumpulan pejuang underground lain yang tak tersebutkan. Mulai gerakan akar rumput sampai yang telah berhasil menginspirasi banyak tangan untuk turun bergerak menyingsihkan lengan.


Mengapa harus menjadi gerakan sosial?. Karena kebanyakan orang yang melakukan sesuatu untuk hal-hal bersifat sosial lebih memiliki hati yang ikhlas dan damai. Bahkan sudah banyak riset yang menyebutkan, para sukarelawan gerakan sosial memiliki frekuensi umur yang relaitif lebih panjang dibanding manusia yang menyibukkan diri dengan kemelut dunia isi perut. Merendah-rendahkan diri demi lembar-lembar bergambar. Guru kita telah berpesan kepada kita dengan penuh ketegasan, “Barangsiapa yang dalam berhidup hanya memikirkan isi apa yang dimasukkan kedalam perutnya, drajatnya tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya”. Dengan menerapkan pada diri sendiri, Membaca Sejuta Buku akan secara langsung menyadarkan kita bahwa sesungguhnya nasehat adalah suatu kebutuhan. Sebagaimana primernya sandang, pangan, dan papan yang sudah ditanamkan di otak-otak kalian saat SD. Sedangkan mulai berhenti perlahan para orang bijak yang menerjemahkan ilmu dan pengetahuan sebagai kebutuhan. Sebabnya mungkin sedang termarjinalkan dan tergeser oleh nilai yang jungkir balik dimana menjadi mainstream dilingkungan kita


Kayakan khasanah pengetahuan kita, lebarkan horison kecerdasan, luaskan cakrawala ilmu kita. Supaya tercermin dari apa yang dilaku ucapan, hati, dan perbuatan yang selaras. Sulit?, tentu sebagai mana menghncurkan suatu bangunan kebajikan selalu lebih mudah dari pada membangun. Memang cara manusia menjalani hidup berbeda-beda, ada kala membanggakan, unik, aneh, menjengkelkan, komedif, dsb. Kadang pagi sholat Dhuha, siang mengaji, malam dugem dan party bareng orang-orang gila. Kadang malam tahajud, pagi menjadi guru, sore menggunjing orang. Dan sebagainya penampang wajah dunia. Oleh karenanya, saling mengingatkan adalah jalan terbaik demi terkukuhkanya persatuan dan kesatuan. Ini memang tentang learn, learn, and learn. Tentang read, read, and read. Baca, baca, dan baca. Membaca sampai mati!. Jangan berhenti belajar!. Sesuatu yang benar-benar harus ditanamkan di kepala setiap anak negeri. Yang nantinya akan menyandang gelar dan meneruskan tongkat estafet kita melewati garis finis. Bagi kehidupan yang lebih cerah. Siapa lagi yang akan merebut piala kemenangan, kalau bukan kita. meskipun kita hanya sementara singgah dibumi karya Tuhan ini.


Salam “Membaca Sejuta Buku”!!!, “Reading a Million Books”!!!





By : The Running baby
             International relation scholar

No comments:

Post a Comment

Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )