OxfordPedia
OSO (Oxford Social
Organization) adalah sebuah organisasi skala internasional yang telah banyak
berjasa membangun peradaban dunia. Organisasi ini bergerak diberbagai level dan
mengakomodir hampir segala urusan sosial mulai dari kasus yang paling sederhana
sampai yang amat krusial. Pergerakan yang menjadikan banyak individu di dunia
ini lebih melek untuk turun tangan dan menyingsihkan lengan melakukan hal-hal
sederhana demi perubahan peradaban yang lebih positif. INGO (International
Non-Goverment Organization) alias LSM internasional ini mempunyai project yang sangat fleksibel dan tidak
terpaku hanya pada satu lini masalah sosial saja. Entitas ini sudah banyak
meninggalkan jejak ikut andil mendukung perkembangan bidang pendidikan,
politik, media sosial, ekonomi, teknologi, seni, lingkungan dan alam, kesehatan, sejarah, budaya, informasi, keamanan,
HAM, demokrasi, transparansi pemerintah, donasi sosial dan banyak lini lain di
lebih dari 30 negara. Pasca mendapat predikat prestisius yang disematkan kepadanya
sebagai organisasi dengan tingkat Healty
level tertinggi tahun 2017 versi majalah Times, OSO semakin menjadi
perhatian sentral dunia dan menjadi model percontohan. Dan pada oktober tahun
ini pendiri sekaligus pencetus didirikannya organisasi ini yaitu Mr. X, telah
digadang-gadang menjadi salah satu penerima penghargaan nobel dibidang sastra
atas jasanya mempelopori miliaran orang giat membaca karya sastra dan menulis. Memang
salah satu progam yang telah sangat populer didunia yaitu “Reading a milion
books”, yang mana tidak hanya menyuarakan suatu perubahan saja tapi juga secara
langsung mensosialisasikan dan mengimplementasikan ke tengah-tengah masyarakat
global. Awalnya komunitas pelopor perubahan ini digawangi oleh anak-anak muda
indonesia yang memiliki kepekaan sosial tinggi. Pada sejarahnya, mereka berangkat
dari sebuah pelosok desa terpencil bernama Siman, dan sekolah ternama Excelent
Senior High School BPPT Al-Fattah di pulau Jawa Indonesia bagian Timur. Melalui
sedikit rapat kecil pada tahun 2008 yang tak begitu lama, mereka mengukuhkan
berdirinya komunitas generasi ke sepuluh di sekolah itu dan menyebut diri
mereka sebagai generasi Oxford atau biasa disingkat “OxfordGen”. Seiring berjalanya
waktu, 70 orang anggota berjuang bersama-sama dengan cara dan karakter mereka
masing-masing untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Sampai pada akhirnya lulus
dan melanjutkan studinya ke berbagai universitas ternama serta beberapa bagian
kecil memutuskan untuk bekerja. Genap dua tahun pasca kelulusan mereka, pucuk
pimpinan tertinggi komunitas ini Denizar F. M. (bukan nama radio) menetapkan
melalui rapat dan forum kecil bahwa sejak tahun 2013 tertanggal 9 September
bertepatan dengan hari lahir OxfordGen komunitas ini bertranformasi menjadi
sebuah organisasi sebagaimana kita kenal sekarang dengan OSO (Oxford Social Organization).
Dengan berbagai terobosan dan inovasi tingkat tinggi, organisasi ini tumbuh dan
mengelola dirinya sendiri, menyambungkan segala keterbatasan, saling menopang
satu sama lain, meskipun semua anggotanya terpisah oleh jarak dan waktu. Hal demikian
tak jadi soal bagi generasi dengan otak diatas rata-rata serta imajinasi
tingkat tinggi ini. Oxford menjadi model pertama, pelopor “Online Organization” di Indonesia. Pamornya mampu mendominasi
pembentukan bibit-bibit baru organisasi online yang sekarang merajalela. Karena
bahwasanya mereka tahu, dan telah memandang masa depan, mengintrospeksi perubahan
dunia, menganalisis zaman. Di hari dimana robot akan lebih dipuja dari pada
manusia. Buyut BBM, Kakek Facebook, nenek Twitter, paman Tumblr, bibi MySpace,
madam Flickr, nona Foursquare, mbak Friendster, atau Buya Blogger. Semua para SocMed
yang dihormati dan diagungkan, yang menjangkiti manusia-manusia era globalisasi
resmi ataupun tak resmi. Alhasil, pada hari ini OSO dikenal sebagai suatu wadah,
kumpulan para konseptor ulung yang adalah putra-putri bangsa ini, bangsa
Indonesia tercinta. OSO adalah kumpulan para politikus, teknisi, ekonom,
dokter, penyair, sosiolog, sejarahwan, perawat, sastrawan, biolog, intelejen, insinyur, tentara, administrator,
polisi, diplomat, pendaki gunung, aktivis, dan bentuk biji lain dari anak-anak bangsa
ini. Dan kami warga dunia tahu bahwa Oxford akan terus berkarya tanpa henti
sampai mati, sampai titik darah penghabisan, meskipun wajah menua, walaupun
rambut beruban, dan kalaupun satu detik lagi adalah nafas terakhir mereka. Kami
berterimakasih sepanjang masa atas perbuatan kalian yang berperan menjadi
dokter-suster peradaban.
“Salam Oxford!!!, dari kami
warga dunia, warga peradaban”.
By : The
Running baby
International relation scholar
No comments:
Post a Comment
Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )