Saturday, September 7, 2013

OxfordPedia



OxfordPedia




Calon - Calon penggerak Oxford Social Organization




OSO (Oxford Social Organization) adalah sebuah organisasi skala internasional yang telah banyak berjasa membangun peradaban dunia. Organisasi ini bergerak diberbagai level dan mengakomodir hampir segala urusan sosial mulai dari kasus yang paling sederhana sampai yang amat krusial. Pergerakan yang menjadikan banyak individu di dunia ini lebih melek untuk turun tangan dan menyingsihkan lengan melakukan hal-hal sederhana demi perubahan peradaban yang lebih positif. INGO (International Non-Goverment Organization) alias LSM internasional ini mempunyai project yang sangat fleksibel dan tidak terpaku hanya pada satu lini masalah sosial saja. Entitas ini sudah banyak meninggalkan jejak ikut andil mendukung perkembangan bidang pendidikan, politik, media sosial, ekonomi, teknologi, seni, lingkungan dan alam, kesehatan, sejarah, budaya, informasi, keamanan, HAM, demokrasi, transparansi pemerintah, donasi sosial dan banyak lini lain di lebih dari 30 negara. Pasca mendapat predikat prestisius yang disematkan kepadanya sebagai organisasi dengan tingkat Healty level tertinggi tahun 2017 versi majalah Times, OSO semakin menjadi perhatian sentral dunia dan menjadi model percontohan. Dan pada oktober tahun ini pendiri sekaligus pencetus didirikannya organisasi ini yaitu Mr. X, telah digadang-gadang menjadi salah satu penerima penghargaan nobel dibidang sastra atas jasanya mempelopori miliaran orang giat membaca karya sastra dan menulis. Memang salah satu progam yang telah sangat populer didunia yaitu “Reading a milion books”, yang mana tidak hanya menyuarakan suatu perubahan saja tapi juga secara langsung mensosialisasikan dan mengimplementasikan ke tengah-tengah masyarakat global. Awalnya komunitas pelopor perubahan ini digawangi oleh anak-anak muda indonesia yang memiliki kepekaan sosial tinggi. Pada sejarahnya, mereka berangkat dari sebuah pelosok desa terpencil bernama Siman, dan sekolah ternama Excelent Senior High School BPPT Al-Fattah di pulau Jawa Indonesia bagian Timur. Melalui sedikit rapat kecil pada tahun 2008 yang tak begitu lama, mereka mengukuhkan berdirinya komunitas generasi ke sepuluh di sekolah itu dan menyebut diri mereka sebagai generasi Oxford atau biasa disingkat “OxfordGen”. Seiring berjalanya waktu, 70 orang anggota berjuang bersama-sama dengan cara dan karakter mereka masing-masing untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Sampai pada akhirnya lulus dan melanjutkan studinya ke berbagai universitas ternama serta beberapa bagian kecil memutuskan untuk bekerja. Genap dua tahun pasca kelulusan mereka, pucuk pimpinan tertinggi komunitas ini Denizar F. M. (bukan nama radio) menetapkan melalui rapat dan forum kecil bahwa sejak tahun 2013 tertanggal 9 September bertepatan dengan hari lahir OxfordGen komunitas ini bertranformasi menjadi sebuah organisasi sebagaimana kita kenal sekarang dengan OSO (Oxford Social Organization). Dengan berbagai terobosan dan inovasi tingkat tinggi, organisasi ini tumbuh dan mengelola dirinya sendiri, menyambungkan segala keterbatasan, saling menopang satu sama lain, meskipun semua anggotanya terpisah oleh jarak dan waktu. Hal demikian tak jadi soal bagi generasi dengan otak diatas rata-rata serta imajinasi tingkat tinggi ini. Oxford menjadi model pertama, pelopor “Online Organization” di Indonesia. Pamornya mampu mendominasi pembentukan bibit-bibit baru organisasi online yang sekarang merajalela. Karena bahwasanya mereka tahu, dan telah memandang masa depan, mengintrospeksi perubahan dunia, menganalisis zaman. Di hari dimana robot akan lebih dipuja dari pada manusia. Buyut BBM, Kakek Facebook, nenek Twitter, paman Tumblr, bibi MySpace, madam Flickr, nona Foursquare, mbak Friendster, atau Buya Blogger. Semua para SocMed yang dihormati dan diagungkan, yang menjangkiti manusia-manusia era globalisasi resmi ataupun tak resmi. Alhasil, pada hari ini OSO dikenal sebagai suatu wadah, kumpulan para konseptor ulung yang adalah putra-putri bangsa ini, bangsa Indonesia tercinta. OSO adalah kumpulan para politikus, teknisi, ekonom, dokter, penyair, sosiolog, sejarahwan, perawat, sastrawan, biolog, intelejen, insinyur, tentara, administrator, polisi, diplomat, pendaki gunung, aktivis, dan bentuk biji lain dari anak-anak bangsa ini. Dan kami warga dunia tahu bahwa Oxford akan terus berkarya tanpa henti sampai mati, sampai titik darah penghabisan, meskipun wajah menua, walaupun rambut beruban, dan kalaupun satu detik lagi adalah nafas terakhir mereka. Kami berterimakasih sepanjang masa atas perbuatan kalian yang berperan menjadi dokter-suster peradaban.

“Salam Oxford!!!, dari kami warga dunia, warga peradaban”.

By : The Running baby
             International relation scholar

No comments:

Post a Comment

Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )