A LessON

Life Line Theory
(Theory Garis hidup)





"Seandainya manusia tidak meniru orang mulia,
 niscaya dunia ini sudah hancur"

            Apa yang ada di otak anda saat saya ucapkan kata “garis”. Apa yang ada di otak anda saat saya ucapkan kata “hidup”. Dan lalu, apa yang anda fikirkan jikalau keduanya saya gabungkan menjadi kalimat yang majemuk, “garis hidup”. Nah, sekarang anda punya hidup, bapak anda punya hidup, kakek nenek anda punya hidup, ya itu juga kalaulah masih hidup. 250 juta orang di Indonesia, 1,3 miliar kepala di India, 1,4 miliar subjek di China, dan hampir sekira delapan miliar penduduk bumi hari ini yang “ber-ruh”, bernafas, berhidup. Dan saya, juga punya hidup yang masing-masing daripada kita menjadikan semilir waktu kosmos yang wajib diukiri dengan, tindakan. Meskipun di dalam menjalaninya, belum tentu yang kita dapatkan adalah yang kita inginkan dan yang kita inginkan akan kita dapatkan.
Diakui atau tidak bahwa lawan daripada hal ini “hidup”, adalah “mati”. Tiada hidup maka tiada mati. Dan untuk mati dibutuhkan terlebih dahulu hidup. Lalu, apa itu mati. Sederhanya berhentinya hidup, rumitnya berpisahnya ruh dari raga kongkrit yang bertumpu guna sebagai sarana berpindahnya jiwa ke alam barzah menuju alam akhirat untuk mengajukan diri menghadap Ilahi dan mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan di dunia serta menguji peruntungan hajat yang diharap, dan seterusnya. Definisi lainya barangkali, mati itu merupakan berubahnya kita yang hidup menjadi, “bangkai”. Alhasil jikalaulah seseorang ditanya untuk apa tujuan hidup anda, lalu jawabanya adalah untuk mati. Dengan kata lain, pula dapat dideskripsipkan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk menjadi, “bangkai”. Dan realita ini mengingatkan saya pada hujjah seorang teman yang hafal Qur’an. Kurang lebih seperti ini, “jika kematian datang tiba-tiba, masihkah anda berfikir untuk menikmati dunia?”.
Antara hidup dan mati. Sebuah pariwara peradaban, buah penciptaan, pengiring perjalanan. Aku ingin bertanya, berapa harga hidupmu, bolehkah kubeli?. Salah satu hal yang saya kira patut dicatat rapat-rapat. Sebagaimana kata para bijak, ikatlah ilmu dengan mencatatnya. Iyakanlah bilamana dikatakan hidup itu misteri. Musababnya lah karena kita memang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan dan hanya kemungkinan yang kita milki. Lalu juga saudaranya kemungkinan, adalah pengalaman yang merupakan buah dari pengayaan perbendaharaan hidup, kecuali jika anda tidak suka bernostagia.
Kehidupan yang seringkali dibela mati-matian, guna menghindari mati. Telah tercatat olehnya berjuta cerita tentang hal-hal positif dan negatif, kerugian dan manfaat, hujatan dan nasehat, kebisuan juga pembicaraan. Saya berusaha mengidenfikasi titah, titah yang bergaung diantara sudut-sudut dunia. Di Paris Eropa sana, dataran Virginia, pegunungan Alpen, Gedung putih United States, pabrik-pabrik, menara-menara tower yang menjulang menyesakkan perkotaan, juga obrolan-obrolan ringan di kedai-kedai kopi pinggir jalan. Suara-suara yang akan terus berceritera, berdesas-desus, berdongeng, berdiskusi, bercengkrama, lengkap dengan beberapa penafsiran yang akan selalu mengikuti.
Dengan sedikit malu sebab harafiah yang bersandang kepadaku, sebuah titel abstraktif mahasiswa hubungan internasional. Dan ditengah keramaian dunia, selama 21 menit, saya berusaha menenangkan tulang-tulang, menentramkan hati saya, mengasingkan diri, lalu diam dan berpikir, menakar beberapa aksara, dilalah-dilalah diraut galaksi, bahkan clauster. Dari hal yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, otak anak-anak hingga pengejawantahan tingkat tinggi. Alhasil menangkap bermiliar pelangi kepribadian. Bermunculan silih berganti bak kereta bawah tanah.
Cerita tentang seorang profesor yang menyelesaikan satu buah buku hanya dalam 3 jam, pengantar pizza yang kelelahan karena kebanyakan order, Mark Zackerberg yang menjangkiti manusia dengan socmed, pekerja seks yang harus selalu tampil menor dan selalu merayu, presiden yang selalu prihatin, tentara yang ambisius untuk menjadi perwira tinggi berpangkat jendral, mahasiswa yang alay dan merasa paling punya pemikiran terbaik, para pencibir yang mengomentari segala hal yang berlawan terhadap prinsipnya, ibu yang menggendong anaknya dengan penuh kasih, filsuf yang kerjaanya hanya bersandang dagu, bertanya, berdebat, merenung, diam, dan menulis. Seseorang yang selalu omong besar, pecinta gadget yang aktif di lebih dari 30 jejaring social, pemuda yang melakukan apapun demi keeksisan sebab addicted oleh kata mimpi dan success, pembaca Al-Qur’an yang fasih, orang yang gila karena depresi ala terlalu labil, pemuda yang sangat takut terhadap wanita apalagi menyatakan cinta, dosen yang merasa ganjil dengan kebencongannya, anime maniak yang baca komik volume terbaru di internet, pemuja setan yang rela ngepet demi uang, balita prospektif yang edan bertanya dengan penasaran tingkat tinggi. Atau perusahaan yang kolaps karena debt relationship, teroris yang kekeh untuk mengebom gereja, ekstrakulikuler tawuran sebagai event bulanan yang diikuti para gankster pelajar demi belaan atas community, sebuah kota minyak yang mulai berjaya, organisasi yang sehat dan mengakomodir segala kepentingan, kementrian koprasi berprogam entrepreneur global, kabinet yang begitu visioner, susunan ta’mir masjid yang teratur dan ihsan, sebuah negara yang hancur karena globalisasi westernisasi, NASA yang berjibaku dilingkup astronomi, majalah Times sebagai acuan penilaian, Al-jazeerah channel yang diblacklist di Amerika, tarik ulur diplomasi di meja mahkamah internasional, Arbitrase sebab masalah investasi asing dan kebijakan privatisasi yang unilateral, kehidupan kerajaan inggris dengan limosin dan kemewahanya, Lady Gaga yang telanjang demi sensasi, popularitas boyband korea yang mendunia, pembunuhan masal di pentas politik, patung Liberty sebagai landmark kebebasan dan kemerdekaan, puluhan ribu jamaah haji yang gagal berangkat, tsunami Jepang dan kejadian nuklir Chernobyl di Ukraina, inovator modern yang berusaha menjadi Alfa Edison abad ini dengan berinovasi teknologi, orang-orang pro Green Theory yang menolak kebijakan industrialisasi, jual beli saham di gedung BEI, grup produser music dengan project diatas rata-rata, Microsoft yang berjibaku merajai dunia informasi, Israel yang sok dan kurang pekerjaan serta dibenci banyak negara kecuali Amerika, kumpulan persatuan Arkeolog dunia yang sibuk dengan penelitian sejarahnya, kontraktor yang sibuk mencari tender dan menjadi broker, kepala negara yang tertawa melihat kemiskinan rakyatnya, atau tarian lain dari gerakan dunia perpektif global special.
Ya, dunia memang tidak akan pernah bisa dijelaskan hanya dalam satu dua lembar kertas atau satu dua jam ngobrol. Tapi toh saya hanya berusaha memberikan sedikit gambaran. Entahlah, anda menganggap dunia ini begitu sempit atau amatlah luas. Tapi ada sebuah kutipan indah yang saya dapatkan dari seorang teman kecil saya, yang sedikitnya terpatri di celukan otak. Demikian, kita sekarang adalah cerminan dari apa yang telah kita lakukan kemarin, sehingga tanpa kita sadari kita besok adalah cerminan dari apa yang telah kita lakukan sekarang. Saya berani menjamin kalau anda tidak akan mampu menafsir hal ini jika anda adalah orang yang acuh, yang seringkali berkata : “penting banget ya?”. Anda penting jika menganggap orang lain penting.
Dengan sedikit kelakar prolog sederhana, juga tak begitu bagus kecuali sebatas hanya untuk mengawali dialog. Sebagaimana himbauan para guru bahwa kita sebagai generasi kapal keruk yang sudah banyak mengorbankan hati para orang tua, menopang kenakalan remaja, membela yang bayar dan bukan yang benar, dalam masa keterbatasan figure haruslah berubah seperti kepompong yang menjadi kupu-kupu sofistik. Menjadi pelopor disaat banyak kaum, suku, kelas sosial, terpatung diam tanpa produktifitas. Melawan kemalasan yang telah dan telah menjadi penyakit bangsa. Generasi yang takkan pernah berhenti berkarya demi menjaga peradaban. Peradaban yang telah terwariskan dan masih akan terus diwariskan kepada cucu-cicit hingga akhir zaman.
Sebab itu miteriusnya kehidupan itu membawa kita kebanyak alam retorika. Membawa keheningan aksen-aksen kejeniusan, keteguhan, kesabaran, keinovatifan, kebesaran hati, kesengsaraan perjuangan, dsb. Yang pada akhirnya menjadikan pribadi-pribadi sebagaiamana wajah dan diri saya serta anda sekarang yang juga sedang berproses. Didalam daripada maksud penulisan artikel kecil ini. Adalah iyaitu untuk mendeklarasikan sebuah konsep kecil yang kiranya akan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, dunia pemikiran introspektif, atau cakrawala horison prinsip. Sebagaimana judul kunci diatas, yang secara konseptual menetapkan bahwa Garis Hidup adalah sebuah teori dimana selanjutnya akan disebut sebagai Life Line Theory (atau LLT ; spell in english) yang perincian kejelasannya akan diterangkan lebih lanjut.
Definisinya, teori garis hidup (LLT) adalah teori yang digunakan untuk mengidentifikasi perjalanan hidup suatu entitas orang, suku, kaum, bangsa, korporasi, organisasi, negara, dunia, peradaban atau subjek universal lain berbentuk kongrit atau abstrak yang dikaji melalui berbagai perspektif : positifitas dan negatifitas nilai, perubahan, kausalitas, kesempatan, dan prospektabilitas guna bertujuan untuk melakukan inovasi kebijakan aksi. Prinsip dasarnya adalah mengetahui bagaimana suatu entitas yang diteliti melalui pengamatan perjalanan hidupnya selama masa tertentu bertindak. Setelah itu melakukan penetapan periodisasi-periodisasi dengan beberapa indikator dan variabel tertentu yang dianggap paling dominan. Menentukan sisi-sisi positif serta negatif dari track recorded tersebut. Menganalisis hubungan sebab-akibat yang terjadi diberbagai level. Mengkalkulasi kesempatan-kesempatan berdasarkan kemungkinan yang saling berhubungan di setiap periode. Selanjutnya melakukan beberapa plan innovation dalam jangka waktu tertentu sebagai manifestasi atas pengfilteran dari perspektif prospektabilitas. Agar lebih mudah dalam memahami, silakah perhatikan bagan sederhana yang saya buat di bawah ini.

Bagan Teori Garis Hidup

Baik, dari kerangka pemikiran diatas setidaknya anda dapati lebih memperjelas gambaran daripada Life line theory. Satu hal yang perlu ditekankan disini ialah bahwa, teori ini bukanlah sebatas teori yang bersifat deskriptif atau sekedar menggambarkan garis hidup entitas tertentu. Akan tetapi juga menjadi cakrawala introspeksi sebagai titik tolak dari apa yang telah terjadi guna menerjemahkan apa yang disebut dengan perubahan visioner. Yaitu, perubahan yang dilakukan dengan melakukan SWOT analysis sederhana diikuti dengan menciptakan suatu inovasi di ranah policy making terhadap suatu entitas. Yang dimaksud dengan inovasi disini adalah pengkoreksian secara mendalam dari setiap perspektif yang tertera diatas satu-persatu secara mendalam. Lalu melakukan penentuan kebijakan aksi, apakah akan tetap menjalakan project yang sudah ditentukan dimasa silam atau melakukan perbaikan dengan mengurangi atau menambahkan komposisi planning. Indikator yang berlaku wajib disini diantaranya aplicativity, effectivity, and efficiency. Penjelasan ini ada merupakan penjelasan hanya di ranah global saja. Walaupun hanya garis besarnya saja, harapanya anda sudah mampu memahami dan menerapkan.
Secara fungsional teori ini akan sangat bermanfat bagi pengujian terhadap kebenaran tindakan yang telah atau akan dilakukan oleh entitas yang uji. Dan secara tidak langsung juga bagi mereka yang terklasifikasikan dalam satu kategori. Selain daripada itu konsep ini dapat dijadikan sebagai pisau yang memilah-milah mana saja fenomena yang dapat dijadikan role of model pengalaman positif atau dapat jua sebagai acuan menghindari impak negatif selama proses ancaman (threat) berlangsung mendekatinya. Dengan maksud bahwa teori ini ingin menjelaskan dan mengingatkan kepada siapa saja komponen peradaban untuk lebih kritis di dalam memelihara nilai-nilai positif agama di tengah-tengah masyarakat, kerelawanan, atau pergerakan demi terciptanya stuktur social yang madani. Barangkali jika anda berpikir kalau teori ini hanya basa-basi belaka, bahkan belum pantas disebut teori alias masih di ranah pre-theori, postulat atau apalah anda menyebutnya. Patut sajalah, toh tujuan dari ditulisnya diskursus ini tidak lain hanyalah untuk lebih menekankan bahwa anak-anak bangsa ini juga bisa menjadi tukang iseng membuat-buat teori. Kalau di Paris ada Universal Declaration of Human Right, para Marxist Punya manifesto kebanggaanya, dunia punya Piagam PBB, Soekarno mencetuskan Marhaenisme, pemuda abad 21 juga setidaknya punya, Life Line Theory.
Barangkali juga, untuk dapat disebut sebagai teori prolog sederhana masih pasti membutuhkan banyak penelaahan, pengujian, penelitian secara mendetail sampai dapat dijadikan sebagai model yang baik sebagai pisau pemikiran. Namun, terlepas dari bahwa hal demikian adalah soal perdebatan wacana. Toh yang jelas, ada maksud lain dari tulisan ini, ada pesan yang ingin disampaikan pada diri sendiri dan komunitas bangsa-bangsa. Sebagaimana titah yang berlaku atasnya, manusia tempatnya salah dan lupa wajiblah saling mengingatkan. Saya memutus pembicaraan ini sampailah disini dahulu. Jikalau ada waktu InsyaAlloh akan bersambung di tulisan berikutnya. Happy Blogging….



By : The Running baby
            International relation scholar

No comments:

Post a Comment

Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )