The Butcher’s Life
“Belajarlah dari pengalaman, apapun itu”
Hmm…kabinet
Sby masih eksis, sepatu cibaduyut pun masih dijual, para pengemis masih juga
mangkal disudut-sudut kehidupan. Penjual pecel khas Lamongan masih bangun di
pagi hari setiap hari guna bersiap menguji peruntungan dimalam hari nanti.
Suara derap cangcimen-cangcimen (Kacang, Kuaci ,Permen) metropolitan, jua
Alwi-alwi, wingko anget-wingko anget khas suburban Babat berkala mengaung. Dan
anak tetangga guee merengek minta duit buat jajan, -_-“. Gue pun, sebagai
anggota di pleton manusia tak mau kalah : D. Obrol punya obrol ni ye, gue punya
kerjaan khusus dadakan tiap menjelang lebaran. Yang bagi beberapa orang,
mungkin, bisa jadi adalah penyulut hari-hari untuk membuat perut merasa enek,
dan mual, plus muntah-muntah lo, (sory, sedikit berlebihan). Untuk lebih
jelasnya, sebenarnya apa yang gue makhsud, mendingan ayo kita langsung aja ke
TeeeKaaaPe!!!. Gue harap lo bisa (by yourself) menafsir sendiri bagaimana
suasana real yang kira-kira sesuai
dengan potret di bawah ane ini gan… (check this out deeply)…
Atau
kaya’ beginian gan….
gini...
beginiiian
gan….
dan bahkan kaya giniiee...
Oye-oye,
lalala,…ngerti kagak gan?. Yaa seperti itulah agaknya, konstelasi-konstelasi
yang bakal elo-elo pade temui jika elo jadi “The Butcher” (yea, Sok inggres).
Tau artinya nggak gan, Butcher itu gaan, coba googling dulu deh yang pada kagak
ngarti, biar bacanya juga nyambung gitu, ane tungguin cepet : ). Because
evenly, many job of my big family were a “Butcher”. As hereditary beginning
from my grandma, my mother, an so on, until many my cousin was will be so.
Hoa-hoaa, by the way, gue nungguin elo udah tau artinya belum dah. Ya sudah ini
gua kasih lo kuncinya. My Dady was a “butcher” so (since he was Kid, but now
has altered), makhsudnya adalah pembunuh bayaaaran (Whiiss, ngeri kan). Tenang
bos, maksud ane “Jagal” (serius bro, tapi jangan salah sangka dulu, ini bukan
macam ceritanya si Ryan JOmbAng ya), which is work for his specialization to
slaughter cows and sold out it.
Kalo
dibilang kerjaan kaya ginian berat, exactly right. Emang berat, karena bagi
mereka-mereka para jagal yang sudah rumayan “gedhe”, yaa kira-kira yang tiap
harinya musti potong 5-7 ekor sapilaah, itu hamper-hamper jarang tidur atau
gaya istirahat laen. Hmm..kecuali kalo Lo yang jadi the Big Boss. Selain itu,
anda juga harus selalu bergelut dengan yang namanya pisau-pisau tajam yang tiap
15 menit diasah (wheeh), golok, parang, kapak, bahkan pedang-pedang yang lebih
dari 1 meter. Dimana kesemuanya itu dipergunakan untuk menjalankan proses
oprasional produksi sesuai SOP. Mulai dari pemotongan awal sapi dan penyayatan
guna mengubah serta mengklasifikasikanya kedalam beberapa bagian umum. Dimana
organ-organ tertentu dari sapi itu sendiri dijual secara retail. Such us:
daging, hati, limpa, jantung, rawon, balungan, babat, gajeh dan usus, jeroan,
kikil, cingur, dan yang meliputi kepala sapi seperti otak, mata, atau bagian
yang banyak bertulang seperti teklek, stengkel, atau balungan iga yang selalu
wajib di korek-korek : D. Nama-nama diatas
sebutan dalam bahasa local. Because I don’t know how to say in more
global or universal language.
Kayaknya
beberapa orang yang minat dengan jenis bisnis ini, selain karena mudah proses
perijinannya adalah karena “meat” adalah barang primerkan?, fundamental
necessity. Yaah walau-walau sejak jamannya nenek gue sampek sekarang ini, the
meat price was periodically got increased annually from when the ICP was
Rp.30.000 till today approximately Rp.90.000 (at Jakarta always be up more).
And we think that this inflation (demand pull inflation or expectation) is
caused of the imbalance of supply and demand. But, for this year the price is
relatively stable, because the govern established some policy to import cows
from Australia, and that made the price feel much better. Futhermore, usually
this condition was supported by corrupt attitude on bureaucracy likely recent
news about Ahmad Fatonah and Maria (the importer) together with blamed Lutfi
Hasan Ishak that try to bribe the minister of agriculture Suswono blalabla. I
don’t care, how the fact, I just wanna to give an example what’s going on macro
levels. But , Anyway I don’t will to explain and describe by macroeconomics
perspective, otherwise only microeconomics field : ).
Selain haarus selalu berteman dengan darah, daging-dangingan yang berserakan, parahnya lagi kalau lagi apes dapat bagian mencuci bagian babat dan usus. Yang mana babat dan usus ini kan wadahnya tinja, so, mbee loe bisa ngebayangin sendeere kalee, “B X. tapi asyiknya, memang rata-rata para penjagal besar selalu punya-punye konsumen-konsumen tetap yang mereka-mereke ini adalah iyaitu : para tukang bakso, pemilik warung masakan padang, depot, restaurant, penggiat catring, yang manee biasanya melakukan trasaksi pembelian skala gedhe. Seringkali memang mereka para “Jagal” kebanyakan merangkap selep penggilingan pribadi yang khusus menangani konsumen tercintanya juga umum yang akan selalu dapat dapat special prices, special quality controls, and of course special services. Sehingga para jagal akan lebih mudah dalam mereka-reko buat jajanan seperti pentol atau bisteak dkk. Olang-oleng, pada akhirnya kalo elo jadi jagal dan sudah ngerjain gawean macam ini guys….
Gue bakal bias nebak kalo bangun
di pagi hari loe keesokan harinya gak mungkin bias sekeren ini (sekali-kalinya,
gue narsis)….. : D
But, at least, seenggak-enggaknya masih kaya gini laaah…kecuali kalo loe pada langsung mandi…
Nah, sekilas cerita-cerita ane aganwan dan aganwati. Kalo mau tau lebih jauh tentang kehidupan “The Butcher” ini bias langsung ke pasar aja gan. Or you can just imagine, bagaimana kehidupan the butchers di jaman Aristotelian, colombus, Edison, jaman sekarang atau jamannya nabi Adam As itu gan. Pada akhirnya dibulan yang firti anda bias minikmati hidangan sehangat ini…thanks, byebye… : ) : ) : )
Dari : Bayi
berlari
Mahasiswa Hubungan Internasional
No comments:
Post a Comment
Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )