Friday, August 16, 2013

The Butcher’s Life



The Butcher’s Life
 



“Belajarlah dari pengalaman, apapun itu”



            Saatnya ketik-ketik ini pakde. Berhubung blog ane yang sudah berjajak mentereng dari sejak jaman SMA  mendapati eror -_-“. Tapi gpp, ini blog baru semoga di usianya yang masih muda, ibarat kata musti masih banyak belajar : ), akan selalu menumbuhkan manfaat bagi keberlanjutan kehidupan. Kali ini, sebagaimana judul diatas, ane bakal sedikit demi tidak sedikit ngoceh-ngoceh ni mas, mbak, pak, bu, ncang-ncing, nyak, babe, mbah, mbeh, hadirin, dan hadirot. Gimana kalo gue coba pake-pakai bahasa loe gua-loe gua (lagu lama, sok gaul : D). Sebagai generasi penerus bangsa yang ingin selalu bersama-sama saling menopang hendaknya jikalau ada tulisan saya yang kurang berkenan mohon silakan ditolak, tapilah bilamana itu kebenaran dan kebaikan Tuhanlah yang mewajibkan anda dan secara khusus juga saya menerima. Gak pake’ sambutan, langsung bicara saja.



Hmm…kabinet Sby masih eksis, sepatu cibaduyut pun masih dijual, para pengemis masih juga mangkal disudut-sudut kehidupan. Penjual pecel khas Lamongan masih bangun di pagi hari setiap hari guna bersiap menguji peruntungan dimalam hari nanti. Suara derap cangcimen-cangcimen (Kacang, Kuaci ,Permen) metropolitan, jua Alwi-alwi, wingko anget-wingko anget khas suburban Babat berkala mengaung. Dan anak tetangga guee merengek minta duit buat jajan, -_-“. Gue pun, sebagai anggota di pleton manusia tak mau kalah : D. Obrol punya obrol ni ye, gue punya kerjaan khusus dadakan tiap menjelang lebaran. Yang bagi beberapa orang, mungkin, bisa jadi adalah penyulut hari-hari untuk membuat perut merasa enek, dan mual, plus muntah-muntah lo, (sory, sedikit berlebihan). Untuk lebih jelasnya, sebenarnya apa yang gue makhsud, mendingan ayo kita langsung aja ke TeeeKaaaPe!!!. Gue harap lo bisa (by yourself) menafsir sendiri bagaimana suasana real yang kira-kira sesuai dengan potret di bawah ane ini gan… (check this out deeply)…


 


Atau kaya’ beginian gan….



gini...


beginiiian gan….




 dan bahkan kaya giniiee...



Oye-oye, lalala,…ngerti kagak gan?. Yaa seperti itulah agaknya, konstelasi-konstelasi yang bakal elo-elo pade temui jika elo jadi “The Butcher” (yea, Sok inggres). Tau artinya nggak gan, Butcher itu gaan, coba googling dulu deh yang pada kagak ngarti, biar bacanya juga nyambung gitu, ane tungguin cepet : ). Because evenly, many job of my big family were a “Butcher”. As hereditary beginning from my grandma, my mother, an so on, until many my cousin was will be so. Hoa-hoaa, by the way, gue nungguin elo udah tau artinya belum dah. Ya sudah ini gua kasih lo kuncinya. My Dady was a “butcher” so (since he was Kid, but now has altered), makhsudnya adalah pembunuh bayaaaran (Whiiss, ngeri kan). Tenang bos, maksud ane “Jagal” (serius bro, tapi jangan salah sangka dulu, ini bukan macam ceritanya si Ryan JOmbAng ya), which is work for his specialization to slaughter cows and sold out it.

Kalo dibilang kerjaan kaya ginian berat, exactly right. Emang berat, karena bagi mereka-mereka para jagal yang sudah rumayan “gedhe”, yaa kira-kira yang tiap harinya musti potong 5-7 ekor sapilaah, itu hamper-hamper jarang tidur atau gaya istirahat laen. Hmm..kecuali kalo Lo yang jadi the Big Boss. Selain itu, anda juga harus selalu bergelut dengan yang namanya pisau-pisau tajam yang tiap 15 menit diasah (wheeh), golok, parang, kapak, bahkan pedang-pedang yang lebih dari 1 meter. Dimana kesemuanya itu dipergunakan untuk menjalankan proses oprasional produksi sesuai SOP. Mulai dari pemotongan awal sapi dan penyayatan guna mengubah serta mengklasifikasikanya kedalam beberapa bagian umum. Dimana organ-organ tertentu dari sapi itu sendiri dijual secara retail. Such us: daging, hati, limpa, jantung, rawon, balungan, babat, gajeh dan usus, jeroan, kikil, cingur, dan yang meliputi kepala sapi seperti otak, mata, atau bagian yang banyak bertulang seperti teklek, stengkel, atau balungan iga yang selalu wajib di korek-korek : D. Nama-nama diatas  sebutan dalam bahasa local. Because I don’t know how to say in more global or universal language. 

Kayaknya beberapa orang yang minat dengan jenis bisnis ini, selain karena mudah proses perijinannya adalah karena “meat” adalah barang primerkan?, fundamental necessity. Yaah walau-walau sejak jamannya nenek gue sampek sekarang ini, the meat price was periodically got increased annually from when the ICP was Rp.30.000 till today approximately Rp.90.000 (at Jakarta always be up more). And we think that this inflation (demand pull inflation or expectation) is caused of the imbalance of supply and demand. But, for this year the price is relatively stable, because the govern established some policy to import cows from Australia, and that made the price feel much better. Futhermore, usually this condition was supported by corrupt attitude on bureaucracy likely recent news about Ahmad Fatonah and Maria (the importer) together with blamed Lutfi Hasan Ishak that try to bribe the minister of agriculture Suswono blalabla. I don’t care, how the fact, I just wanna to give an example what’s going on macro levels. But , Anyway I don’t will to explain and describe by macroeconomics perspective, otherwise only microeconomics field : ).

            Yaah, walaupun tak selamanya kebijakan menaikkan kuota import demikian selalu bermanfaat. Karena kita sebagai bangsa agraris lo paak, swasembadalaah, ya gak ya gak B ).   Yang penting harus ada keseimbangan dan aturan main yang jelas dalam arti gak pake’ sikut-sikut kanan kiri. Pengusaha kelas paus boleh untung. Tapi, yang lebih penting para penggiat UKM ini lo alias kalo gue bilang para bisnismen kelas cacing, hhehe. Coba piker kembali, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih relative stabil bagi kita 6,3% di hari-hari turunya pertumbuhan ekonomi dunia yang juga 6,3%, sama ya, di saat global crises threatening. Kalo bukan karena sector UKM dan underground sector, barangkali (watu, wedi, taek kambang, : D) kita sudah menjadi seperti Yunani dan zona eropa yang resesi karena debt relationship.


           Selain haarus selalu berteman dengan darah, daging-dangingan yang berserakan, parahnya lagi kalau lagi apes dapat bagian mencuci bagian babat dan usus. Yang mana babat dan usus ini kan wadahnya tinja, so, mbee loe bisa ngebayangin sendeere kalee, “B X. tapi asyiknya, memang rata-rata para penjagal besar selalu punya-punye konsumen-konsumen tetap yang mereka-mereke ini adalah iyaitu : para tukang bakso, pemilik warung masakan padang, depot, restaurant, penggiat catring, yang manee biasanya melakukan trasaksi pembelian skala gedhe. Seringkali memang mereka para “Jagal” kebanyakan merangkap selep penggilingan pribadi yang khusus menangani konsumen tercintanya juga umum yang akan selalu dapat dapat special prices, special quality controls, and of course special services. Sehingga para jagal akan lebih mudah dalam mereka-reko buat jajanan seperti pentol atau bisteak dkk. Olang-oleng, pada akhirnya kalo elo jadi jagal dan sudah ngerjain gawean macam ini  guys….



Gue bakal bias nebak kalo bangun di pagi hari loe keesokan harinya gak mungkin bias sekeren ini (sekali-kalinya, gue narsis)….. : D

 
But, at least, seenggak-enggaknya masih kaya gini laaah…kecuali kalo loe pada langsung mandi… 



Nah, sekilas cerita-cerita ane aganwan dan aganwati. Kalo mau tau lebih jauh tentang kehidupan “The Butcher” ini bias langsung ke pasar aja gan. Or you can just imagine, bagaimana kehidupan the butchers di jaman Aristotelian, colombus, Edison, jaman sekarang atau jamannya nabi Adam As itu gan. Pada akhirnya dibulan yang firti anda bias minikmati hidangan sehangat ini…thanks, byebye… : ) : ) : )



Dari : Bayi berlari
            Mahasiswa Hubungan Internasional




No comments:

Post a Comment

Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )