Negara
tanpa nama,
atau
Indonesia
“Independence is an attitude”
Begitu tenang hari ini sampai
tiada sendu terasa mengikuti penakjuban perjuangan para pahlawan. Negara ini
sebagaimana dibangun dengan keringat perjuangan kerja rodi, dibayar dengan
darah, disemen dengan mayat, bertiang bambu runcing, penghambaan tendensius,
lebih dari 350 tahun kungkungan, revolusi, reformasi, kecacatan birokrasi,
nyawa para mahasiswa, smpailah pada hari ini. Hari dimana kita merasa lebih
bebas dari pada 200-300 tahun lalu, hari-hari itu yang berlalu dengan
kemunafikan, berlalu dengan naïf. Otak ku sayat, jiwa kurobek, mata ku silet,
kuping ku tabok, demi mengingat kembali yang telah terjadi, melawan lupa,
mengenang lagu lama. Lagu yang sering diputar di sawah, kios-kios kecil masa
itu, gedung-gedung tua rajutan veteran berarsitektur eropa, Koran bawah tanah,
organisasi tikus, penyusun mimpi yang telah dan telah menjadi kenyataan.
Jika
engkau, aku, dia, mereka, tahu benar, membaca dalam-dalam, dan menjadi orang
yang tidak lupa akan bersyukur, akan jasa besar, keringat yang merah merona, gemuruh dimedan perang
yang tak perduli kala senja ataupun gelap gulita. Tentu mereka para wakil
peradaban bagian nusantara : Hatta, Tan Malaka, HOS Cokroaminoto, Amir
Syarifudin, Singodimejo, A.H. Nasution,
Imam Bonjol, Achmad Soebardjo, Sayuti Malik, dan Soekarno dkk tersenyum. Antara
ada dan tiada, antara bahagia dan sengsara, hidup dan mati, mulia dan hina yang
amat spekulatif fluktuatif. Walau-walau para cendikiawan, ahli sejarah, pelaku
perjuangan seringkali berdesas-desus bahwasanya kenikmatan kemerdekaan yang
kita emban semasa kontemporer ini ialah hanya sebuah hadiah kecil dari pengkolonial,
yang pemberianya adalah tidak sengaja. Pasca 6 dan 9 agustus Hirosima dan
Nagasaki pesta kematian, lalu dengan sedikit sekenario petak umpet penculikan supaya
soekarno segera proklamasi. Alhasil 17 Agustus 1945 terucaplah dari mulut,
kecapan gigi, nafas keteguhan paru-paru, separuh belahan jantung bapak
proklamator kita Soekarno di atas rumah yang sekarang menjadi Universitas Bung
Karno, Jl. Pegangsaan Timur No.56. Dan Indonesia menjadi sebuah Negara yang
memenuhi persyaratan sebagaimana Konvensi Montevideo 1933. Pertanyaan mendasar
yang patutnya kita pertanyakan juga pada diri sendiri. Di HUT RI yang ke 68.
Merdeka!!!. Sedikit reposting kecil….
Mungkin jika Twitter ada pada 1945 kala itu |
“Apa makna kemerdekaan bagi Anda?”…..
Neil
Amstrong : Kemerdekaan adalah saat
aku bisa pergi ke luar angkasa dan mengunjungi semua planet.
Max
Weber : Kemerdekaan adalah
saat masyarakat bebas melakukan apapun tanpa memngganggu individualism orang
lain. Tanpa kolonialisme, imperialisme.
Adam
Smith : Kemerdekaan adalah saat
invisible hand benar-benar terimplementasikan. Dan keijakan ekonomi sepenuhnya
diserahkan pada pasar tanpa campur tangan pemerintah.
Abraham
Lincoln : Kemerdekaan adalah saat ras
kulit hitam dan kulit putih kompatibel.
Alfa
Edison : Kemerdekaan adalah
saat saya bisa belajar dan melakukan penelitian tanpa henti demi inovasi tanpa
batas.
JuPe : Kemerdekaan adalah
saat dimana Gue bisa tampil Sexy dan merayakan kebebasan belah duren.
Socrates
: Kemerdekaan adalah
waktu dimana setiap yang berjiwa dan berakal bebas berpikir.
SBY : Wah, saya prihatin
kalo rakyat merdeka, gue kan mafia Berkeley.
Anak
genk : Kemerdekaan adalah
saat gua bebas ikut ekskul tawuran, maen game online, PS 3, dan punya gaya ala
Rocker atau Rasta.
Einstein
: Kemerdekaan merupakan
E=MC2 . Berpacu dengan rumus-rumus dan berkesempatan bersaing sampai
titik darah penghasisan meski memiliki keterbelakangan mental….
Gus
Dur : Merdeka ya
Merdekaa…gitu aja kok repot….
Pak
Kiai : Kemerdekaan
adalah saat Islam telah terpatri ditengah-tengah masyarakat, setiap manusia
beriman dan bertaqwa, Al-qur’an dan Hadits dibaca serta diamalkan, semua orang
mengerti tauhid, lalu pergi menghadap Rabb-nya dalam Kekhusnul Khotimahan.
Tukul
: Kemerdekaaan? …kembali
ke leptop!
Filsuf
: Diam adalah
bahasaku…
Soekarno
: Kemerdekaan = Marhaenisme
Tanyai
juga : Voltaire, Ary Ginanjar,
Sule, Kabayan, Maudi Ayunda, Ahmad Dhani, Megawati, Hatta Rajasa, ARB (Asal Ra
Bakrie), Yesus J., Robert T. kiyosaki, Archimedes, Ivanovsky, Machiavelli, daaan…
Dan
Saya berkata : Kemerdekaan adalaah….
Lalu bertanya
padamu, apa versimu?...
Wahai
para pahlawan, do’a kami mengalir untukmu….
Untuk
semua pahlawan bangsa ini….Alfaatihah….
: )
Dari : Bayi berlari
Mahasiswa Hubungan Internasional
No comments:
Post a Comment
Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )