Wednesday, January 7, 2015

UMAR & SALMAN R.A. Nur Indonesia’s Advice








Tengah Habiburrahman, Paling kanan Hasbi Sen, Riset ke Turki

Dershane Pusat Indonesia, Saya pegang novel Api Tauhid




UMAR & SALMAN R.A.
Nur Indonesia’s Advice







"Yang saya pahami, nasehat adalah sebuah kebutuhan"



Kemarin "lusa", 5 januari 2015. Pukul 14.33. Di salah satu grup WA paling rame di ponsel saya, Nur Indonesia. Di grup ini ada sejumlah saudara muslim, tidak banyak, sebagaimana masyarakat android ketahui, sangat terbatas. WA tidak seperti facebook yang mampu menampung jutaan member dalam satu forum. Grup ini dibuat tepat pada 1 desember 2015 oleh Mr. Hasbi sen, seorang asal Turki yang mengabdikan dirinya menjadi wakif demi melestarikan Agama Alloh, Tuhan Muhammad. Yang mana saya agak telat bergabung, sekira satu bulan setelahnya, atau sekitar satu minggu sebelumnya sejak awal aktif, 28 desember 2014.

Sore itu, 28, saya berbicara kepada Pak Hasbi agar saya di-add di grup, supaya dapat masuk ke forum. Tanpa tahu sebelumnya bahwa saya termasuk yang paling telat dibanding teman-teman sevisi yang lain. Pak Hasbi merupakan Representative of Dershane for Indonesia, Dershane pusat. Dia pencetus Yayasan Nur Semesta yang menyebarluaskan kompilasi karya Rasa'ilin Nur atau biasa disebut Risalah nur di Indonesia. Entah secara kebetulan atau tidak, beberapa menit setelahnya, kami berdua, ustadz Jamal, dan ustadz Irwandi: direktur Risalah Nur Press, dua orang lulusan Al-Azhar yang juga member grup berkumpul di taman---kami mencari angin segar. Tiba-tiba Pak Hasbi berkata, saya lupa kalimatnya, kurang lebih maksudnya, "Grup Nur Indonesia sudah penuh, tapi masih banyak yang mau masuk".

Lalu ustadz Jamal mengusulkan, isrinya Hasbi abe yang baru satu hari masuk agar dikeluarkan saja, supaya ada space kosong. Pak Irwandi pun merasa lucu, "Masak baru satu hari masuk sudah dikeluarkan", disebutnya yang baru masuk itu si Pencari Kebenaran. Seketika Hasbi abe berujar, dia berencana memisahkan member dalam dalih kelamin minoritas, para perempuan. Saya agak risau dengan gagasan itu, saya merasa sebagai pengganggu, seolah menyatakan eksis dengan menendang orang lain. Terlintas dalam renungan, "Apa saya menjadi sebab yang buruk?. Meskipun saya sama sekali tidak bermaksud demikian. Akhirnya itu terjadi berbalut alasan sederhana, selain jumlah minornya, para wanita dapat mencipta grup baru yang memberi space lebih luas bagi muslimah lain. Singkat kata saya bergabung.

Sekitar 3 jam setelahnya, tertera dichat, 5 person were removed, lengkap bersama permintaan maaf. Dan setahu saya didalamnya termasuk ibu Prof. Dr. Nabilah Lubis, guru besar sastra arab dan filologi. Sebenarnya saya agak merasa bersalah soal itu, tapi kebijakan itu ada benarnya. Selain membangun ruangan baru, ini berguna bagi saya. Saya paham benar, yang bergabung di grup ini adalah orang-orang penting. Yeah, kecuali saya. Saya paham, kadang saya bersikap slenge'an, diluar kendali. Karenanya hal pertama yang saya lakukan ialah memberi peringatan pada diri sendiri, "Jangan iseng!".


5 person were  removed



"Kadang, saya mencoba menjadi normal. Dan saat saya mulai bosan, saya kembali menjadi diri saya sendiri".....

Orang penting: termasuk Habiburrahman El Shirazy, novelis nomer 1 Indonesia, da'i sekaligus penulis Ayat-ayat Cinta. Dan seminggu ini, hampir setiap hari ada update terbaru tentang kesibukan beliau yang sedang berada di Turki, tour untuk bedah buku terbarunya: Api Tauhid. Di chat oleh beliau sendiri, atau atas respektasi member lain. Novel kali ini bekisah tentang perjuangan Badiuzzaman Said Nursi, ulama besar yang karyanya dibaca di seluruh dunia. Seorang pejuang yang menentang sekularisme Turki oleh mustafa Kemal Ataturk, dan merestorasi kehidupan spiritual Turki yang dijauhkan dari religiusitasnya oleh orang yang diduga keras antek Yahudi.

Kisah dibalut dengan halaqah cinta yang islami dengan peran-peran pemuda-pemudi alim dalam kebudayaan terdidik, tentu dengan sedikit konflik batin. Namun tetap, kandungan sejarahnya, based on reality. Dan Hasbi abe salah satu yang mengfasilitasi Kang Abik, panggilan akrabnya, riset sampai ke Turki. Oleh sebab itu, kalian novelholic akan menemukan beberapa kali nama Hasbi Sen disebut didalamnya, saat membaca ApiTauhid. Nah, dibanyak broadcast bedah buku, catatan komentar, dan laporan harian Republika, di forum ini ada banyak chat-chat bemanfaat yang membangun diri, berbasis islam. Mengajari kita semakin yakin, secara keras mengenai kebenaran Al-Qur'an dan hadits, secara lembut, "Nasehat adalah sebuah kebutuhan".

Saya sadar semua orang punya masalah. Dan nasehat banyak membantu menghadapinya. Hal terpentingnya, kita tidak perlu mengumumkan masalah pada publik---mencari perhatian. Jika pada akhirnya hanya akan membuat kita menggantungkan sesuatu kepada makhluk, membuat kita kecewa. Tuhan adalah pahlawan paling sempurna. Yang saya pahami, jika ingin menjadi manusia terkuat, bertawakallah. Saya bukanlah orang yang ahli melakukanya. Benar, sama seperti anda, saya juga masih belajar. Saya harap anda bisa membantu. Said Nursi mungkin salah satu yang dapat dianut, dia penasehat yang baik dengan Al-qur'an dan sunnah.

Dalam hidup, saya hanya berusaha mengelilingi diri saya dengan orang-orang baik. Sebab apapun alasanya, melakukan itu akan "cenderung" menjadikan kita berlaku baik. Untuk saat ini orang jahat sangat banyak, orang baik cukup banyak, benar memilih salah satunya sangatlah penting. Apa yang kita awali, menentukan apa yang akan terjadi. Apa yang kita tanam, menentukan apa yang kita petik. Hal jazaaul ihsaan illal ihsaan. Whatever you are, be a good one. Keuntungan pasti dari bersahabat dengan yang baik, kita merasa tenang. Hidup dalam atmosfer steril, tanpa buruk sangka dan kepura-puraan. Bahwa ada "Damai". Ada "cinta" yang ditanam, tumbuh, dan buahnya dapat kita petik kelak. Cinta yang suci. Sesuatu yang lebih abadi. Singkat kata, manusia dapat hidup tanpa rasa benci. Bergabung di forum-forum terbaik memudahkan kita semakin yakin, masa depan terbaik semakin mudah dibangun.

Saya bisa saja mencuri barang paling berharga anda, tapi seumur hidup saya tidak akan pernah tenang. Peradaban terburuk adalah peradaban yang sama sekali tidak pernah mengenal apa itu Tuhan. Logika saja tidak pernah membawa manusia pada kebenaran hakiki. Jika ilmu pengetahuan memiliki pangkal, maka tentu memiliki ujung. Benarlah, ujung ilmu pengetahuan ialah religiusisme, yang wujudnya adalah cinta.

Sebagaimana salah  satu  kutipan sederhana Said Nursi yang dapat saya pendam :
"Di antara yang paling penting yang telah aku pelajari dan aku dapatkan dari kehidupan sosial manusia sepanjang hidup adalah bahwa yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri, dan yang paling layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri".

Bagi saya pribadi, memilih lingkungan bukan hanya perkara kita akan memiliki teman atau tidak. Lebih jauh dari itu, ini tentang bagaimana kita seharusnya tumbuh dan berkembang secara harafiah. Menjadi manusia yang sempurna. Wakhairunnaas anfa'uhum linnaas. "Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi sesamanya". Dan berada dalam forum-forum terbaik membantu mewujudkanya. Seringkali, ada tiga hal yang akan saya tanyakan sebelum saya mencintai suatu lingkungan. Pertama, apakah saya akan tumbuh secara iman?. Kedua, apakah saya akan tumbuh secara intelektual?. Dan yang ketiga, apakah saya melupakan pertanyaan pertama dan kedua?. Jika jawaban pertama dan kedua "Ya" lalu yang ke tiga "Tidak". Sederhana saja, saya menikmatinya.

Dan "lusa" yang saya maksud itu, saya mendapati satu chat yang lebih menggugah dari chat-chat lain. Sebuah riwayat nyata mengejutkan-haru, mungkin karena emosi personal. Adalah riwayat yang sama sekali belum pernah saya baca sebelumnya, sepanjang saya menggemari buku. Inilah itu, saya co-pas tanpa mengurangi keaslian chat.


Selamat menikmati salah satu nasehat dengan spektrum muhasabah peradaban terbaik....

Duha time

"Agar Jangan Sampai Dikatakan"


Inilah kisah True Story yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi.
Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,

"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".

Umar segera bangkit dan berkata,
 "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."
"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.
"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.
"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggungjawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.
"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini,
Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh.
Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua.

Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama.

Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".
Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".
"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."
"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"
"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru,
lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"
"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,
"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu".
Semua orang tersentak kaget.
"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.
"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.
"Allahu Akbar!" teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.
Begitupun kita disini, di saat ini..
sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."
😭😭





By : The Running baby
             International relation scholar

No comments:

Post a Comment

Please comment by your kindness....thanks for your visit... : )